BUAYA MUARA NGAMUK


SARANG BUAYA: Di Pulau Lepeh  inilah diduga menjadi sarang buaya muara di Sungai Mentaya Kabupaten Kotim  yang sering menyerang warga.





SAMPIT,BORNEOKINI.COM-Habitat buaya muara di Pulau Lepeh Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kotim tampak sudah tak nyaman lagi bagi kawanan reftil ganas ini. Dalam setahun belakangan, beberapa orang telah menjadi korban keganasannya.

Teranyar dialami oleh Yasin (40) dan dua orang rekannya yang sedang mandi di tepian Sungai Mentaya Sampit. Buruh pengelohan kopra di desa setempat ini diseret dan dimakan buaya ganas di Pulau Lepeh, Senin (19/5) sekitar pukul 16.30.

Kabar terakhir jasad warga desa yang tinggal di Perumahan SD Jaya Karet II ini belum berhasil ditemukan warga. Berbagai upaya pun telah dilakukan warga setempat untuk menemukannya, termasuk melakukan ritual pemanggilan raja buaya.

Dari informasi yang didapatkan, peristiwa nahas yang menimpa warga desa yang tinggal di perumahan SD Jaya Karet II bermula pada saat korban bersama dua rekannya mandi di Sungai Mentaya. Pada saat asik mandi, seekor binatangpredator berukuran empat meter yang sudah mengintai ketiganya.

Tak lama kemudian buaya ganas itu  langsung menyambar kaki korban dan menyeretnya ke tengah sungai. Setelah diseret, tubuh korban berulang kali dihempas binatang ganas itu. Kedua teman korban langsung beranjak keluar dari sungai sambil meminta pertolongan kepada warga lainnya. Mereka menceritakanbahwa temannya disambar dan diseret buaya ke tengah sungai.

Berdasarkan keterangan kedua teman korban yang melihat kejadian nahas itu,tubuh korban  berulang kali dihempaskan oleh binatang ganas itu. Korbankemudian diseret ke Pulau Lepeh yang terletak di tengah Sungai Mentaya dan berada di seberang desa tersebut.

Mendapat laporan teman korban, ratusan warga yang tinggal di Desa Jaya Karet dan sekitarnya  itu langsung bergegas melakukan upaya pencarian. Dengan menaiki perahu dan bersenjata lengkap warga menyisir  pulau hingga ke daerah Kecamatan Pulau Hanaut.

Upaya pencarian terhadap korban nampaknya tidak  membuahkan hasil. Hingga berita ini diturunkan mayat korban yang disambar oleh buaya ganas itu belum ditemukan.

“Sebetulnya korban sudah hampir selesai mandi dan ingin naik ke daratan. Namun tiba-tiba buaya ganas itu langsung menyambar kaki korban. Waktu itu air sungai sedang surut,” terang Wahab, warga sekitar yang menceritakan kejadian nahas itu, Senin (19/5).
Sementara itu, Camat Mentaya Hilir Selatan Jumberi membenarkan peristiwa itu. “Memang benar bahwa warga yang tinggal di Desa Jaya Karet disambar buaya tadi sore,” tukasnya.

Kejadian buaya ganas yang menyerang warga sudah berulang kali terjadi. Bahkan serangan buaya muara di Sungai Mentaya termasuk yang paling mematikan di Kalteng.

Hampir setiap tahun ada korban tewas diserang buaya. Tahun ini sudah dua kali serangan buaya yang menewaskan warga. Kamis 23 Januari 2014 lalu, seorang bocah warga Desa Penyaguan Kecamatan Pulau Hanaut, Rifki (7), juga hilang dan diduga disambar buaya saat mandi di Sungai Mentaya. Sampai saat ini mayat korban belum ditemukan.
Kemudian pada Sabtu, tanggal 25 Mei 2013, seorang warga Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Atiqah (63), juga hilang saat mengambil air wudu untuk salat subuh. Jasad korban juga belum ditemukan sampai saat ini.

Selain itu, warga Gerombol Desa Bapinang Hilir Kecamatan Pulau Hanaut Agus Riyadi (12) ditemukan tewas  akibat serangan buaya dalam kondisi mengenaskanpada hari  Selasa, 8 Januari 2013. Korban saat itu sedang mandi di tepi Sungai Mentaya di Desa Jaya Karet Mentaya Hilir Selatan.

Beberapa kasus serangan buaya lainnya di Sungai Mentaya yaitu pada tahun 2010, serangan buaya menewaskan seorang gadis di Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara yang berbatasan dengan Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.

Saat itu, korban sedang mandi di lanting sekitar pukul 04.30. Korban diserang dan mayatnya ditemukan di Desa Jaya Kelapa Samuda beberapa hari kemudian.
Pada tahun 2011 dan 2012 juga ada laporan serangan buaya di Desa Jaya Karet dan Desa Jaya Kelapa Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Namun korbannya selamat dan hanya mengalami luka-luka. Mereka sempat melakukan perlawanan saat buaya menyerang.

Sementara, aparat dari Ditpolair Polda Kalteng, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta masyarakat setempat  terus melakukan penyisiran ke kawasan yang diduga menjadi sarang buaya ganas. Seperti di Pulau Lepeh dan Pulau  Hanaut yang berada di tengah Sungai Mentaya.

Kepala BPBD Kotim Sanggul L Gaol mengungkapkan, pihaknya sudah menerjunkan sejumlah anggota  ke lokasi pencarian. Namun sejauh ini  masih belum membuahkan hasil. Pencarian memang sulit dilakukan mengingat jasad yang dicari masih berada di bawah air.

“Kita sudah menyisir beberapa tempat, tapi belum ada petunjuk. Pencarian ini sulit dilakukan karena  yang dicari masih berada di bawah air dan petunjuk yang kita punya masih sangat terbatas,” terang Sanggul, Selasa (20/5).

Disampaikan Sanggul, teror buaya terhadap penduduk yang tinggal  di tepi Sungai Mentaya, khususnya di Wilayah Selatan Kotim ini harus segera dihentikan. Korban yang tewas maupun yang selamat dari serangan buaya sudah cukup banyak.

Untuk itu, lanjut dia, perlu diambil langkah untuk menghentikan masalah ini. “Jangan sampai kejadian ini terulang kembali di masa yang akan datang,” tandasnya.

Dalam hal ini, kata dia, pihaknya bersama instansi terkait lainnya secepatnya akan melakukan pertemuan untuk membahas masalah ini. “Saya terlebih dahulu akan menyampaikan hal ini ke Sekda, dan Pak Bupati,” terangnya.

Camat Mentaya Hilir Selatan Jumberi SSos mengungkapkan, sebelum serangan buaya ini terjadi, beberapa warga sempat melihat adanya buaya yang muncul ke permukaan sungai dan mendekat ke kawasan pemukiman penduduk. Namun saat itu korban dan temannya tidak menyadarinya, karena mereka baru pulang bekerja, dan kemudian mandi di Sungai Mentaya.

Keganasan buaya muara di Sungai Mentaya memang menjadi momok yang cukup menakutkan bagi warga di Daerah Selatan Kotim. Apalagi beberapa korban yang diserang buaya tidak ditemukan jasadnya sampai sekarang. Serangan buaya muara mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, sampai saat ini juga masih belum diketahui berapa populasi buaya muara yang berada di daerah tersebut. Selama ini warga hanya menduga bahwa buaya muara itu bersarang di Pulau Lepeh dan Pulau Hanaut.
kunjungi juga kunjungi juga misteri buaya putih

hamster, guppy, freelance, indonesia, jual hamster, jual guppy, jual hewan, jual tikus, jual kandang,
-visit us: @Mr_ikky and Friends-
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar